1. DALEM AGENG
Sekarang Dalem Ageng ini menjadi Punden Desa Jipang serta makam umum.
2. MAKAM SANTRI SONGO (9)
Dahulu merupakan Telik Sandi (agen rahasia) dari Pajang. Tugasnya menyelidiki kekuatan
Tentara Jipang. Rahasia mereka diketahui oleh Sunan Kudus. Merekapun dibunuh oleh soreng-
soreng (algojo), kemudian dimakamkam menjadi satu.
3. SITI HINGGIL
Dataran tinggi yang terletak di sebelah utara jalan dan sebelah barat Dalem Ageng. Dahulu
tempat ini digunakan untuk berdiskusi pada jaman pemerintahan Adipati Aryo Penangsang.
4. SAWAH BONANG RENTENG.
Dinamakan Bonang Renteng karena jaman dahulu perangkat gamelan (bonangnya) masih
rentengan.
5. SAWAH KANDANG MACAN
Terletak di sebelah utara Sawah Bonang Renteng. Tempat ini digunakan sebagai penjara bagi
orang-orang yang dianggap bersalah pada jaman pemerintahan Aryo Penangsang.
6. SAWAH PADU
Terletak di sebelah utara Sawah Kandang Macan, digunakan untuk mengadili orang-orang yang
dianggap bersalah pada jaman pemerintahan Aryo Penangsang.
7. SAWAH CINDE
Dahulu merupakan daerah Keputren, sekarang menjadi sawah bengkok Kepala Desa. Konon,
jaman dahulu Bupati Blora tidak akan merasakan nikmatnya makanan sebelum merasakan nasi
yang dipanen dari Sawah Cinde Jipang. Pelengkapnya harus makanan yang santannya dibuat dari
kelapa yang diambil dari Dusun Guyung Desa Klagen Kecamatan Kedungtuban, lauknya daging
kerbau dari Desa Mernung Kecamatan Cepu.
8. SIGIT
Terletak di sebelah barat Sawah Padu. dahulu merupakan wilayah masjid. Sekarang menjadi
wilayah di Dusun Janar Desa Nglanjuk Kecamatan Cepu. Wilayah ini telah dihadiahkan oleh
Bupati Blora kepada Keluarga Kyai Irsyad atas keberhasilannya menumpas bromocorah.
9. BENGAWAN SORE
Terletak di sebelah barat pintu masuk Desa Jipang.
10. MAKAM RADEN NGANTEN
Terletak diujung kali Kecing sebelah utara. Konon, Raden Nganten adalah Ajudan Aryo
Penangsang. Uniknya, makam ini tidak pernah kebanjiran meskipun seluruh desa sedang
mengalami banjir. Ada mitos seputar Makam Raden Nganten ini. Konon, apabila ada perahu yang hendak melewati makam ini, maka sebelumnya harus membuang nasi ke sungai. Bila tidak perahu tidak akan bisa jalan dan berhenti di tengah bengawan. Selain itu penumpang perahu juga harus melakukan Topo Bisu (tidak berbicara) sebelum melewati makam Raden Nganten ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar