Letak Desa Jipang +/-8 Km dari Kota Cepu perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Yang memisahkan 2(dua) Propinsi tersebut adalah Bengawan Solo ,dapat ditempuh dengan sepeda moto
r maupun mobil. Peninggalan sejarah atau Petilasan ini berbentuk Makam Gedong Ageng yang dulu merupakan bekas pusat Pemerintahan dan banda perdagangan Kadipaten Jipang,karena dekat bengawan Solo. Ditempat ini ditemukan Petilasan Siti Hinggil,Petilasan Semayam Kaputren,Petilasan Bengawan Sore, Petilasan Masjid dan makam kerabat Kerajaan pada waktu itu yaitu:Raden Bagus Sumantri,Raden Bagus Sosrokusumo,Raden Ageng Sekarwinangrong dan Tumenggung Ronggo Atmojo,disebelah utara Gedong Ageng dapat ditemukan makam Santri Songo,disebut demikian karena disitu ditemukan makam santri dari Kerajaan Pajang yang dibunuh oleh prajurit Jipang dikarenakan
dicurigai sebagai telik sandi atau mata-mata Pemerintahan Pajang.
Sosok Aryo Penangsang
Dengan tunggangan kuda saktinya Gagak Rimang dan Kerisnya Kiyai Setan Kober sebagai Penguasa Jipang Panolan sangat dihormati masyarakat di desa itu, karena rasa hormat itu pula,maka mereka tidak berani membicarakan tentang Adipati yang dibunuh oleh Danang Sutowijoyo.
Setiap pengunjung wisata sejarah Jipang ini harus sopan santun terutama saat masuk lingkup makam, tidak boleh membawa benda apapun yang ada dilingkup makam,bahkan secuil tanah sekalipun (mungkin mitos supaya menjaga benda Cagar Budaya ).
Jipang memiliki tradisi sedekah bumi sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan,tradisi ini sudah turun temurun sampai sekarang namanya MANGANAN dan biasanya dilakukan dimakam Gedong Ageng ada 3 (tiga) acara manganan yaitu saat turun hujan pertama kali,saat habis tanam padi dan saat habis panen,acara ini biasanya disertai pertunjukan seni tradisional seperti ketoprak, Wayang krucil.Sayang obyek wisata dan situs kerajaan Jipang tidak pernah diperha